Makalah Pembaruan Dalam Pemikiran Islam Klasik

Bangsa Inggris semenjak permulaan abad 17 telah tiba di India sebagai pedagang dengan angkatannya yang bernama 'The East India Company' mengetahui pertentangan-pertentangan antara sesama wilayah bawahan kesultanan Islam di satu pihak, dan antara kesultanan Islam dan bekas kerajaan Hindu sebagai taklukannya di pihak lain, akhirnya bangsa Inggris melaksanakan politik menggali di air keruh. Selera mereka tumbuh hendak menguasai wilayah, terutama di sekitar pabrik-pabrik yang telah mereka dirikan.

Pada perkembangan selanjutnya, semangat pembaruan pemikiran tersebut, khususnya wacana agama dengan negara, mengalami dinamisasi internal. Hingga muncul adanya pemikiran pentingnya dilakukan rekonstruksi pemahaman atas tafsir keagamaan ummat Islam, termasuk di dalamnya debat seputar interrelasi agama dengan negara yang menjadi salah satu pokok penting dalam pemikiran politik Islam, baik dalam.

Acpi fuj02b1 windows 7 driver download. Dengan politik adu domba yang lihai mereka berhasil. Madras dikuasai pada tahun 1639. Kota Bombay tahun 1660 jatuh pula ke tangan mereka. Demikianlah selanjutnya dengan kekuatan angkatan bersenjata, politik adu-domba dan senjata uang, kekuasaan hakiki kesultanan Islam Munghal dilumpuhkan. Walupun sesekali memberontak, tetapi tetap bisa dikalahakan oleh Inggris. Hal yang sama diderita pula oleh raja-raja Hindu, seperti kerajaan Maratha, yang mencoba melawan Inggris pada tahun 1817-1818. Begitu juga pada tanggal 10 Mei 1857 umat Hindu dan umat Islam mengadakan pemberontakan terhadap penguasa Inggris namun masih belum mendapatkan hasil. Keygen psa date validator calculator.

Pada saat itu muncullah Ahmad Khan, tokoh pembaruan yang berusaha mendekati pemerintahan Inggris. Ahmad Khan berpendapat bahwa menentang kekuasaan Inggeris tidak akan membawa kebaikan bagi ummat Islam India, tetapi akan menjadikan umat Islam semakin mundur serta akan jauh ketinggalan dari masyarakat Hindu India.[1] Selain itu dasar ketinggian dan kekuatan Barat, termasuk di dalamnya Inggris, adalah ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Sehingga untuk mendapatkan kemajuan, umat Islam harus pula menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu.

Jalan yang harus ditempuh ummat Islam memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan itu bukanlah bekerja sama dengan Hindu dalam menentang Inggris tetapi memperbaiki dan memperkuat hubungan baik dengan Inggris. Ahmad Khan lahir tanggal 6 Dzulhijjah 1232 Hijriyah atau 17 Oktober 1817 Masehi di kota Delhi. Nenek moyangnya berasal dari Semenanjung Arab yang kemudian hijrah ke Herat, Persia (Iran), karena tekanan politik pada zaman dinasti Bani Umayyah (41 H/661 M – 133 H/750 M). Dari Herat mereka hijrah ke Hindustan (India) dan menetap di sana. Kakek Sayyid Ahmad Khan adalah Sayyid Hadi yang menjadi pembesar istana pada zaman Alamghir II ( 1754- 1759). Sedangkan Ayahnya bernama al-Muttaqi, seorang ulama shalih yang mempunyai pengaruh besar di Kerajaan Mughal pada masa pemerintahan Akbar Syah II (1806 1837).

Ahmad Khan memiliki pertalian darah dengan Nabi Muhammad SAW melalui cucu beliau dari keturunan Fatimah al Zahra dan Ali bin Abi Talib. Karena itulah dia bergelar Sayyid. Sedangkan ibunya adalah seorang wanita cerdas dan pandai mendidik anak-anaknya.[2]. Sejak sang ayah meninggal tahun 1838, Ahmad Khan mulai bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, karena ibunya enggan menerima tunjangan pensiun dari istana.